Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengapresiasi
industri pertahanan Indonesia yang mulai dilirik oleh beberapa negara.
Pembelian senjata dan pesawat oleh luar negeri menandakan produk
Indonesia sudah diakui oleh dunia Internasional.
"Saya termasuk yang memberi support kalau ada pembelian persenjataan kepada kita. Darimana
pun negara itu selama ada hubungan diplomatik dengan kita. Artinya ada
pengakuan terhadap produk kita," kata Pramono . Senjata Indonesia diminati sejumlah negara, di antaranya Irak dan Uganda.
Mengandalkan
produk dalam negeri, imbuh dia, juga sudah seyogianya dilakukan
pemerintah Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia harus
mempersenjatai diri. Banyak perlengkapan dan pertahanan TNI yang bisa
dikembangkan, tidak harus bergantung pada produk luar negeri. "Sebab
kita bukan sebagai sebuah negara daratan."
Politisi PDI
Perjuangan ini juga menagih janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
untuk merealisasikan pemanfaatan persenjataan dalam negeri. "Sehingga
pidato presiden yang mendorong pemanfaatan persenjataan dalam negeri
tidak hanya sekedar sambutan, tetapi direalisasikan."
Sementara
itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Ramadhan Pohan, berharap pemerintah bisa
memproduksi senjata secara masif. "Itu yang kita masih kerepotan."
Pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia |
Kenapa senjata buatan RI laris di kancah luar negeri?
Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan,Tubagus Hasanuddin, mengungkapkan bahwa senjata buatan anak negeri ini sesungguhnya tidak kalah dengan buatan luar negeri. Namun, senjata buatan dari dalam negeri ini jarang dipakai oleh pemerintah.
Menurut Tubagus, salah satu senjata yang mendapat reputasi baik di kancah internasional adalah senjata tipe SS-2. Senjata buatan PT Pindad itu bahkan menjadi juara dalam pertandingan menembak di Asia Pasifik.
"SS-2 itu memang senjata yang cukup akurat. Waktu dipakai pertandingan menembak di wilayah Asia Pasifik saja kita juara," kata Tubagus, seperti dikutip IANN News dari laman VIVAnews, Selasa 28 Agustus 2012.
Tubagus menjelaskan bahwa sejumlah negara mengakui senjata SS-2 itu adalah senjata yang simpel untuk postur Asia. "Dilengkapi dengan alat bidik yang akurat dan peluru ringan. Itu cocok dipakai satuan darat, kavaleri, dan lintas udara," ujarnya. Lantaran simpel, akurat dan cocok untuk semua satuan itu, senjata ini laris di sejumlah negara.
Selain senjata, lanjut Tubagus, pesawat buatan RI CN-235 pun sudah diakui internasional. Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia dikenal dapat diandalkan. "CN-235 itu termasuk pesawat yang bandel. Setahu saya sampai sekarang baik di Spanyol maupun di Indonesia belum ada CN-235 yang jatuh," ujarnya.
Menurut Tubagus, CN-235 dapat juga dipakai untuk mengangkut pasukan sampai 2 peleton. "Bisa juga dipakai untuk menerjunkan pasukan. Pesawat serbaguna lah. Landasannya juga cukup pendek," ujarnya.
Tubagus mengaku tidak begitu terkejut ketika mendengar Meneg BUMN Dahlan Iskan begitu gembira lantaran senjata buatan Indonesia laris di luar negeri. Sebab, katanya, sudah lama senjata dan pesawat buatan Indonesia diminati sejumlah negara di Timur Tengah.
"Beberapa negara memang minat, termasuk Irak. Sebetulnya Iran juga minta senjata SS-2 itu tapi sedang diproses di Kemenhan dan Kemenlu. Mungkin karena ada berbagai faktor politik luar negeri, saya juga tidak tahu," ujarnya.
Keberhasilan menjual produk dalam negeri ke pasar internasional, menurut Tubagus, harus didukung terus dan diharapkan akan terus meningkat.
"Menurut hemat saya kita harus tetap bersyukur. Harus diteruskan ekspansi ini untuk mampu menghasilkan bukan hanya buatan Pindad atau PT DI, tapi juga PT PAL. Kita dengan Cina juga sudah bekerja sama membuat kapal cepat rudal. Rudalnya nanti dibuat oleh Cina dan Indonesia. Dapat menjangkau hingga 100 kilometer. Kapal cepatnya nanti dibuat PT Pelindo," kata Tubagus.
Prestasi semacam ini juga mestinya didukung oleh kebijakan pemerintah. Karena pemerintah lemah dalam memasarkan produk senjata dan juga jarang memakai produk dalam negeri.
"Prestasi ini termasuk bagus. Tapi memang kita harus akui kita lemah dalam marketing. Lemahnya kenapa, justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri. Misalnya para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi Presiden kita mana mau. Coba kalau Presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," jelasnya.
No comments:
Post a Comment