Proklamasi 1945 :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l,
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l,
diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
National Journey - Dalam teks itu, tahun yang digunakan bukan tahun masehi 1945 melainkan penanggalan tahun Jepang 2605. Karena itu ditulis tahun 05 saja.
“Pernyataan itu tidak dipahatkan di atas perkamen dari emas. Kalimat-kalimat itu hanya digoreskan pada secarik kertas. Seseorang memberikan buku catatan bergaris-garis biru seperti yang dipakai pada buku tulis anak sekolah. Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata proklamasi di atas garis-garis biru itu,” aku Soekarno dalam buku biografi yang ditulis Cindy Adams.
Soekarno sempat tidak percaya akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Acara yang digelar sangat sederhana ini jauh dari angan-angan Soekarno soal proklamasi kemerdekaan yang lama telah diimpikannya. “Tidak seperti yang kuangankan. Tidak ada terompet yang ditiup. Tidak ada paduan suara merdu dari para bidadari. Tidak ada upacara keagamaan yang khusyuk. Tidak ada pelayan istana yang berpakaian indah. Acara ini juga tidak diliput besar-besaran oleh wartawan dan juru foto,” kenang Soekarno.
Namun, di luar Soekarno dan Hatta, ada beberapa nama tersembunyi di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Siapa saja mereka?
1. Frans Mendur dan Alex Mendur
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
National Journey - Dalam teks itu, tahun yang digunakan bukan tahun masehi 1945 melainkan penanggalan tahun Jepang 2605. Karena itu ditulis tahun 05 saja.
“Pernyataan itu tidak dipahatkan di atas perkamen dari emas. Kalimat-kalimat itu hanya digoreskan pada secarik kertas. Seseorang memberikan buku catatan bergaris-garis biru seperti yang dipakai pada buku tulis anak sekolah. Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata proklamasi di atas garis-garis biru itu,” aku Soekarno dalam buku biografi yang ditulis Cindy Adams.
Soekarno sempat tidak percaya akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Acara yang digelar sangat sederhana ini jauh dari angan-angan Soekarno soal proklamasi kemerdekaan yang lama telah diimpikannya. “Tidak seperti yang kuangankan. Tidak ada terompet yang ditiup. Tidak ada paduan suara merdu dari para bidadari. Tidak ada upacara keagamaan yang khusyuk. Tidak ada pelayan istana yang berpakaian indah. Acara ini juga tidak diliput besar-besaran oleh wartawan dan juru foto,” kenang Soekarno.
Namun, di luar Soekarno dan Hatta, ada beberapa nama tersembunyi di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Siapa saja mereka?
1. Frans Mendur dan Alex Mendur
Dua saudara Frans dan Alex Mendur adalah satu-satunya juru foto yang memotret peristiwa bersejarah proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.
Usai proklamasi, tentara Jepang menangkap Alex Mendur, dan merampas kamera miliknya. Tapi beruntung Frans Mendur bisa lolos. Frans mengubur negatif film miliknya di bawah pohon. Pada tentara Jepang, Frans mengaku negatif fotonya sudah dirampas Barisan Pelopor. Saat itu Frans hanya memotret tiga kali, Soeharto yang membaca naskah proklamasi, dan dua foto pengibaran bendera. Saat itu plat foto Frans memang hanya tersisa tiga jepret.
Butuh perjuangan pula untuk mencetak karya foto itu dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Tanpa usaha keduanya, proklamasi hanya akan berisi rangkaian kata tanpa bukti otentik berupa foto.
2. Surastri Karma Trimurti
SK Trimurti adalah wartawan dan tokoh pergerakan wanita yang ikut hadir saat proklamasi kemerdekaan. Bahkan dialah yang pertama kali didaulat massa untuk mengibarkan bendera merah putih.
Namun SK Trimurti menolak. Menurutnya lebih pantas jika seorang tentara yang mengibarkan bendera merah putih itu. Akhirnya seorang perwira PETA bernama Latief Hendraningrat terpilih untuk menaikkan bendera. SK Trimurti juga merupakan istri dari Sayuti Melik, pria yang berjasa mengetik teks proklamasi.
3. Abdul Latief Hendraningrat
Latief Hendraningrat tentara PETA berpangkat shodanco mengerek bendera merah putih untuk pertama kalinya setelah proklamasi. Saat itu Latief berpakaian Perwira PETA dan menyandang samurai. Tak ada yang memerintahkan Latief, dia hanya mengambil inisiatif setelah SK Trimurti merasa tidak pantas mengerek bendera.
Dengan tangkas Latief menaikkan bendera merah putih buatan istri Soekarno, Fatmawati. Bendera yang dijahit dari seperai berwarna putih dan kain tenda tukang soto berwarna merah itu menjadi bendera pusaka. Berkibar di atas tiang bendera dari bambu yang dibuat tergesa-gesa.
Saat menaikkan bendera, Latief dibantu oleh Suhud, seorang anggota barisan pelopor.
4. Suhud Sastro Kusumo
Suhud ketika itu masih sangat muda. Sebagai anggota Barisan Pelopor, dia ikut hadir di Jl Pegangsaan Timur nomor 56 tanggal 17 Agustus 1945. Kala itu dia membantu Latief yang mengerek bendera. Suhud mengambil bendera dan memasangnya di tiang bambu yang telah dipersiapkannya.
Dalam foto karya Frans Mendur, Suhud berdiri membelakangi kamera. Dia mengenakan celana pendek. Belakangan seorang pria bernama Ilyas Karim mengaku dialah orang bercelana pendek itu. Namun sejumlah pakar sejarah menilai klaim Ilyas Karim tidak kuat. Apalagi tidak ada saksi mata yang melihat Ilyas Karim kala itu.
5. Muwardi
Muwardi adalah seorang dokter Kepala Barisan Pelopor Jawa. Dia membentuk Barisan Pelopor Indonesia yang bertugas menjaga keselamatan Soekarno dan Hatta.
Saat proklamasi, Muwardi membacakan teks pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang disusun oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah Muwardi membacakan pembukaan UUD 1945, baru Soekarno menyampaikan pidato dan membacakan naskah proklamasi.
Namun peristiwa pembacaan pembukaan UUD 1945 ini tidak banyak dipublikasikan. Begitu juga dengan pidato wakil Walikota Jakarta Soewirjo saat proklamasi.
6. Sayuti Melik
Semua sudah mengenal Sayuti Melik sebagai orang yang mengetik naskah teks proklamasi. Tapi peran Sayuti tak cuma mengetik saja. Bersama para pemuda dari Asrama Menteng 31, dia berusaha menyebarkan berita soal kemerdekaan Indonesia.
Banyak aksi nekat dari para pemuda, terutama wartawan, penulis atau penyiar berita yang akhirnya membuat berita soal proklamasi Indonesia bisa diketahui seluruh dunia.
Aksi nekat para pemuda ini sangat berisiko karena jika ketahuan Jepang, mereka akan langsung dihukum mati.
No comments:
Post a Comment