Kebijakan Quantitative Easing III AS tak berdampak langsung bagi RI.
(VIVAnews / Renne Kawilarang)| |
Nat. Journey - Bank Dunia menilai Indonesia merupakan
negara yang sukses dalam pengelolaan fiskal yang baik dan berkelanjutan.
Hal tersebut terbukti dari kemampuan Indonesia dalam menjaga rasio
utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
Country Director World Bank di Indonesia, Stefan Koeberle, menambahkan, Indonesia juga mampu menjaga pertumbuhan ekonominya di atas enam persen di tengah krisis yang berkelanjutan saat ini.
"Saya rasa capaian tersebut dapat meningkat, asalkan kebijakan fiskal saat ini dapat secara konsisten diterapkan," ujar Koeberle di Jakarta, Senin, 17 September 2012.
Bank Dunia menilai pengelolaan ekonomi Indonesia telah menerapkan kebijakan moneter terukur dengan parameter yang jelas, yaitu pertumbuhan berkelanjutan. Terlebih lagi, Indonesia telah memiliki pengalaman dalam kebijakan moneter di masa lampau.
Kendati demikian, Koeberle mengingatkan, hal terpenting bagi Indonesia adalah konsistensi dalam mengimplementasi reformasi struktural berkaitan pembangunan berkelanjutan. Misalnya, dengan peningkatan standardisasi pendidikan dan efektivitas pemberian subsidi.
"Sehingga, fundamental pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai," kata dia.
Terkait kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) ketiga yang dikeluarkan bank sentral AS, Koeberle menilai dampak aturan itu tak berpengaruh langsung bagi pasar keuangan Indonesia. "Kebijakan ini lebih ditujukan sebagai upaya mengembalikan kepercayaan pasar," kata dia.
Walau direspons positif pasar keuangan internasional, Bank Dunia mengingatkan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi dunia, mengingat rentannya perekonomian nasional terhadap isu-isu internasional.
Kerentanan perekonomian nasional itu terutama berasal dari arus keluar investasi asing yang tiba-tiba, maupun perubahan drastis sikap investor akibat sentimen negatif.
Country Director World Bank di Indonesia, Stefan Koeberle, menambahkan, Indonesia juga mampu menjaga pertumbuhan ekonominya di atas enam persen di tengah krisis yang berkelanjutan saat ini.
"Saya rasa capaian tersebut dapat meningkat, asalkan kebijakan fiskal saat ini dapat secara konsisten diterapkan," ujar Koeberle di Jakarta, Senin, 17 September 2012.
Bank Dunia menilai pengelolaan ekonomi Indonesia telah menerapkan kebijakan moneter terukur dengan parameter yang jelas, yaitu pertumbuhan berkelanjutan. Terlebih lagi, Indonesia telah memiliki pengalaman dalam kebijakan moneter di masa lampau.
Kendati demikian, Koeberle mengingatkan, hal terpenting bagi Indonesia adalah konsistensi dalam mengimplementasi reformasi struktural berkaitan pembangunan berkelanjutan. Misalnya, dengan peningkatan standardisasi pendidikan dan efektivitas pemberian subsidi.
"Sehingga, fundamental pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai," kata dia.
Terkait kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) ketiga yang dikeluarkan bank sentral AS, Koeberle menilai dampak aturan itu tak berpengaruh langsung bagi pasar keuangan Indonesia. "Kebijakan ini lebih ditujukan sebagai upaya mengembalikan kepercayaan pasar," kata dia.
Walau direspons positif pasar keuangan internasional, Bank Dunia mengingatkan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi dunia, mengingat rentannya perekonomian nasional terhadap isu-isu internasional.
Kerentanan perekonomian nasional itu terutama berasal dari arus keluar investasi asing yang tiba-tiba, maupun perubahan drastis sikap investor akibat sentimen negatif.
No comments:
Post a Comment